Rabu, 10 Februari 2010

Seperti apa kebahagiaan sejati??

Sebenarnya apa yang kita cari dalam dunia yang fana ini?? Semua orang berkata kebahagiaanlah yang kita cari di dunia tapi tidak ada satu pun orang yang bisa menjelaskan kebahagiaan yang sesungguhnya.. Termasuk saya..
Takaran bahagia setiap orang sungguh berbeda-beda.. Dengan adanya perbedaan takaran tersebut maka kebahagiaan seseorang tidak dapat kita jadikan acuan yang pasti sebagai kebahagiaan yang harus kita capai..
Saat menulis ini saya pun tidak pernah tahu apa yang menjadi kebahagiaan sejati bagi manusia. Ada seorang teman yang bercerita pada saya bahwa kebahagiaan sejati adalah kebahagiaan dunia dan akhirat,tapi dia ataupun yang pernah saya tanya tidak ada satu pun yang dapat menjelaskan kebahagiaan di dunia dan akhirat seperti apa yang merupakan kebahagiaan sejati.
Apakah diantara Anda yang secara tidak sengaja membaca tulisan ini dapat menjelaskan atau menjelaskan seperti apa kebahagiaan sejati yang harus dicapai oleh seorang manusia itu??
Berbagi ilmu dan bertukar pikiran adalah hal baik bukan?? Saya akan sangat senang jika Anda mau berbagi..
Kebingungan dapat membawa orang menuju kebodohan..

Selasa, 09 Februari 2010

BINGUNG

KENAPA SEMAKIN KUTEKAN PERASAAN INI SEMAKIN JELAS BAYANG MU
SEMAKIN KU MENJAUH DARIMU SEMAKIN SAKIT YANG TERASA
SEMAKIN KAU DIAM SEMAKIN TAK BERARTI ADANYA AKU

KUTAHU..
AKU SALAH PADANYA,,
MENERIMA HATINYA TAPI TAK BISA MEMBERIKAN HATIKU
TAPI KU BINGUNG!!

HATIKU TAK BISA DIBOHONGI
YANG KUMAU DEKAT DENGANMU,,BUKAN DIA

TAPI KUTAKUT....
KETIKA KU MENCOBA MENUNJUKKAN YANG KUMAU,,
KUTAKUT SEMUA BERUBAH,,
KUTAKUT KAU MEMBENCIKU..
SETIDAKNYA PERSAHABATAN YANG KITA JALIN BISA SIRNA..
DAN KU TAK MAU ITU TERJADI!!!

BINGUNG..
AKU BINGUNG DENGAN SEMUA INI..

MEMORIKU HANYA PENUH OLEH BAYANGMU..
TAPI TAK ADA YANG BISA KULAKUKAN
SEANDAINYA KUTAHU APA YANG KAU RASAKAN.....

BISAKAH AKU BERARTI UNTUKMU??
BISAKAH AKU MENEMPATI HATIMU??
BISAKAH KAU MENERIMAKU SELALU MENGIKUTIMU??
SELALU DISAMPINGMU??

TAK BISAKAH KAU MEMBACA APA YANG KULAKUKAN?
TAK BISAKAH KAU MELIHAT ISI HATIKU?
ATAU AKU YANG TAK SANGGUP MENUNJUKKAN ITU SEMUA?!

ANDAI KAU BACA TULISAN INI,,
APA KAU MENGERTI INI UNTUKMU??
BUKAN UNTUK YANG SEKARANG MENDAMPINGIKU
TAPI UNTUKMU YANG SELALU ADA
YANG SELALU BERSAMAKU,,SEBAGAI SAHABATKU
WALAUPUN KAU TAK MENGANGGAPKU BEGITU..

ENTAH BISA ATAU TIDAK AKU MENGHAPUS RASA INI
ATAU MUNGKIN AKU SEMAKIN DALAM TERJERUMUS RASA INI
AKU SENDIRI TAK TAHU..

AKU BUKAN INGIN MENGUBAH KEADAAN KITA,,
AKU HANYA INGIN KAU TAHU PERASAANKU
DAN AKU TAHU PERASAANMU..

KAU TAHU,,
RASANYA TAK MENENTU TERUS MENAHAN PERASAAN INI
TAPI AKU PUN TAK MUNGKIN MENGATAKANNYA
KARENA AKU TAK INGIN MENGUBAH APA PUN
APALAGI MENJADI LEBIH BURUK DARI SAAT INI!!

AAAAARRRRRRGGGGHHHHHHHH!!!!
INGIN KU BERTERIAK SEKENCANG-KENCANGNYA
TAPI KAU TAHU ITU TAK MUNGKIN
SUARAKU TAK AKAN KUAT UNTUK BERTERIAK SEPERTI ITU
BAHKAN UNTUK MENGATAKAN PERASAAN INI,,
AKU TAK MAMPU BERSUARA

KAU PASTI MENGANGGAPKU PARASIT.
YANG SELALU MEREPOTKANMU
SELALU MENGGANGGUMU
TAK PERNAH MEMPERDULIKAN PERASAANMU

APAPUN ANGGAPANMU,,
AKU TETAP SAYANG PADAMU
SEBAGAI SAHABAT DAN ORANG ISTIMEWA UNTUKKU

ANALISIS SISTEM KOMUNIKASI DI PEDESAAN SUKU SUNDA, JAWA BARAT


Menurut Sutardjo Kartodikusuma desa adalah suatu kesatuan hukum dimana bertempat tinggal suatu masyarakat pemerintahan tersendiri. Sedangkan menurut Bintaro, desa merupakan perwujudan atau kesatuan goegrafi ,sosial, ekonomi, politik dan kultur yang terdapat ditempat itu (suatu daerah), dalam hubungan dan pengaruhnya secara timbal balik dengan daerah lain. Di desa system kekrabatannya masih sangatlah kental, maksudnya bahwa setiap orang memeiliki rasa saling peduli yang relatif lebih tinggi dibandingkan masyarakat perkotaan. Begitu pula yang terjadi di daerah pedesaan suku Sunda di Jawa Barat yang terkenal dengan prinsip hidup “makan tidak makan yang penting kumpul”. Prinsip tersebut seoalah-olah menggambarkan bahwa masyarakat Sunda sangat menyayangi satu sama lain sehingga tidak rela bila terpisah jauh. System adat istiadat serta kebiasaan tradisional masih sering dilakukan oleh masyarakat pedesaan suku sunda di daerah Jawa Barat. Kebiasaan tradisional ini pun sangat berpengaruh pada sistem komunikasi yang terdapat dalam masyarakat pedesaan suku sunda.

Seperti yang kita ketahui bahwa sistem komunikasi pedesaan dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu oleh opinion leader, pengaruh seni tradisional dan komunikasi antarpersonal, faktor-faktor tersebut pun berpengaruh pada sistem komunikasi pedesaan suku sunda. Di pedesaan wilayah jawa Barat pengaruh pendapat seorang pemimpin atau orang yang dituakan atau orang yang dianggap penting dan dihormati warga sangatlah besar. Dapat kita ambil contoh di desa Kadudampit, Kabupaten Sukabumi. Di desa tersebut, pendapat seorang pemimpin seperti kepala desa maupun camat adalah sesuatu yang dianggap benar dan bermanfaat sehingga sebagian besar masyarakat mematuhi apa yang dikatakan oleh pemimpin tersebut. Sehingga proses penyampaian informasi pada sistem komunikasi di desa tersebut tergantung pada seorang pemimpin. Selain itu, seni tradisional suku sunda pun mempengaruhi pada sistem komunikasi masyarakatnya. Seni tradisional yang lebih ke lemah gemulai mempengaruhi sistem komunikasi masyarakatnya ,emjadi lembut ketika berbicara. Meskipun marah terkadang tidak terlihat seperti orang yang sedang marah, lebih terlihat seperti orang yang kesal jika dibandingkan dengan masyarakat suku lainnya. Sistem komunikasi di pedesaan lebih cenderung memiliki pola komunikasi antarpersonal. Hal ini dikarenakan sistem kekerabatan dalam masyarakat sunda masih sangat kental. Setiap orang yang tinggal di desa akan selalu memperat silaturahmi karena rasa persaudaraan mereka masih tinggi tidak hanya berdasarkan kebutuhan atau kepentingan pribadi semata. Selain itu, hanya beberapa desa saja yang telah mendapatkan informasi dari media massa. Di Jawa Barat masih ada desa-desa yang belum terjangkau oleh media massa seperti Koran, televisi apalagi internet sehingga dalam system komunikasi mereka menggunakan pola komunikasi antarpersonal dan lebih kepada penyampaian komunikasi oleh para pemimpin mereka saja. Kita dapat melihat contoh seperti ini di Kampung Naga yang berada di Kabupaten Tasikmalaya. Di kampung tersebut masyarakatnya tidak diperbolehkan untuk memiliki televisi, bahkan listrik pun tidak ada. Hal ini menjadi keputusan para pemimpin desa dengan alasan agar kebudayaan sunda tetap terjaga dan tidak tercemar seperti di daerah-daerah lainnya. Dengan contoh sistem komunikasi di kampung naga tersebut kita dapat melihat bahwa pengaruh pendapat pemimpin dan juga seni tradisional begitu besar pada sistem komunikai masyarakatnya.

Dengan adanya faktor-faktor yang memepngaruhi seperti telah dijelaskan diatas, maka sistem komunikasi pedesaan cenderung sebagai menganut komunikasi antarpersonal, menggunakan media-media yang terbatas, mengandalkan peran pemerintah daerah. Media-media yang biasa digunakan dalam sistem komunikasi pedesaan yaitu media tradisional seperti wayang, tarian dan lain sebagainya. Meskipun begitu, ada beberapa desa yang memang sudah dapat memperoleh informasi melalui media massa seperti Koran maupun televisi hanya saja jumlahnya terbatas. Kita dapat ambil contoh televisi. Pada beberapa desa yang hanya memiliki satu televisi di satu desa yang biasanya di simpan di kelurahan. Selain itu, peran pemerintah daerah pun sangatlah besar dalam proses penyampaian informasi terutama di desa terpencil, karena sebagian besar yang diberikan ataupun meninggalkan desa tersebut untuk mendapatkan informasi yang lebih banyak adalah orang-orang yang berkedudukan di pemerintahan. Seperti halnya informasi pembangunan sekolah di desa dan wajib belajar sembilan tahun yang pertama mengetahuinya pastilah pemerintaha daerah yang kemudian harus disampaikan pada masyarakat di desanya. Oleh karena itu, peran pemerintah daerah sangatlah besar.

Sesuai dengan perkembangan teknologi terutama di bidang komunikasi, sistem komunikasi di pedesaan pun mengalami beberapa perubahan. Tidak semua desa di Jawa Barat masih menggunakan sistem komunikasi seperti yang telah dijelaskan sebelumnya. Karena saat ini, telah banyak desa telah terjangkau oleh media massa dan juga teknologi komunikasi lainnya seperti handphone. Dengan beragamnya teknologi informasi yang ada maka sistem komunikasi di pedesaan pun berubah dan lebih mendekati sistem komunikasi di perkotaan. Perubahan system komunikasi yang dianut oleh masyarakat pedesaan pun berpengaruh akan perilaku masyarakatnya sendiri karena berbagai informasi yang diterima pun lebih beragam dan lebih tidak terseleksi. Masyarakat desa yang pada awalnya seringkali bersikap bersahaja, peduli akan orang lain, hidup sedehana dapat berubah menjadi orang yang egois, tidak tahu sopan santun dan kasar setelah mendapatkan informasi yang tidak sesuai dengan lingkungannya. Hal ini pun terjadi di beberapa desa di Jawa Barat. Tidak sedikit masyarakat desa yang telah medapatkan informasi tanpa batas dari berbagai media merubah gaya hidup mereka yang sebenarnya tidak sesuai dengan lingkungannya. Kita dapat mengambil contoh cara berpakaian remaja desa yang menggunakan baju yang kurang sopan karena ingin mengikuti model atau gaya berpakaian masyarakat perkotaan. Menggunakan pakaian yang terbuka padahal lingkungan tempatnya tinggal memiliki udara yang sangat dingin.

Dari pemaparan sistem komunikasi pedesaan suku sunda di Jawa Barat diatas kita dapat mengambil kesimpulan bahwa system komunikasi di pedesaan pun dapat berubah sesuai dengan berjalannya waktu dan perkembangan teknologi serta perkembangan pembangunan desa itu sendiri.

KOMUNIKASI INTERPERSONAL

PERSEPSI INTERPERSONAL

Persepsi adalah memberikan makna pada stimuli inderawi, atau menafsirkan informasi inderawi. Persepi interpersonal adalah memberikan makna terhadap stimuli inderawi yang berasal dari seseorang(komunikan), yang berupa pesan verbal dan nonverbal. Kecermatan dalam persepsi interpersonal akan berpengaruh terhadap keberhasilan komunikasi, seorang peserta komunikasi yang salah memberi makna terhadap pesan akan mengakibat kegagalan komunikasi.

Objek persepsi interpersonal adalah manusia. Persepi dipengaruhi oleh berbagai faktor.

Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi terhadap orang lain dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu faktor eksternal dan faktor personal.

Faktor eksternal adalah petunjuk-petunjuk yang bisa diamati. Fator ini akan membantu kita melakukan persepsi yang cermat. Yang termasuk faktor eksternal adalah petunjuk verbal dan petunjuk nonverbal.

Faktor personal adalah karakteristik dari orang yang memberikan respon pada stimulasi persepsi. Yang termasuk faktor eksternal adalah petunjuk verbal dan petunjuk nonverbal. Sedangkan yang termasuk faktor personal diataranya:

1. Pengalaman

Pengalaman mempengaruhi kecermatan persepsi. Pengalaman tidak selalu lewat proses belajar formal. Pengalaman kita bertambah juga melalui rangkaian peristiwa yang pernah kita hadapi.

2. Motivasi

Proses yang banyak mewarnai persepsi interpersonal juga sangat banyak melibatkan unsur-unsur motivasi.

3. Kepribadian

Dalam psikoanalisis dikenal proyeksi, sebagai salah satu cara pertahanan ego. Proyeksi adalah mengeksternalisasikan pengalaman subjektif secara tidak sadar. Orang melempar perasaan bersalahnya pada orang lain. Pada persepsi interpersonal, orang menerapkan pada orang lain sifat-sifat yang ada pada dirinya, yang tidak disenanginya. Sudah jelas, orang yang banyak melakukan proyeksi akan tidak cermat menanggapi persona stimuli, bahkan mengaburkan gambaran sebenarnya. Sebaliknya, orang yang menerima dirinya apa adanya, orang yang tidak dibebani perasaan bersalah, cenderung menafsirkan orang lain lebih cermat.

Perilaku kita dalam komunikasi interpersonal amat bergantung pada persepsi interpersonal. Karena perspsi yang keliru, seringkali terjadi kegagalan dalam komunikasi. Kegagalan komunikasi dapat diperbaiki bila orang menyadari bahwa persepsinya mungkin salah. Komunikasi interpersonal kita akan menjadi lebih baik bila kita mengetahui bahwa persepsi kita bersifat subjektif dan cenderung keliru. Kita jarang meneliti kembali persepsi kita. Akibat lain dari persepsi kita yang tidak cermat ialah mendistorsi pesan yang tidak sesuai dengan persepsi kita. Persepsi kita tentang orang lain cenderung stabil, sedangkan persepsi stimuli adalah manusia yang selalu berubah. Adanya kesenjangan antara persepsi dengan realitas sebenarnya mengakibatkan bukan saja perhatian selektif, tetapi juga penafsiran pesan yang keliru.

KONSEP DIRI

Konsep diri adalah persepsi tentang diri; kita sendiri yang bersifat fisik, psikologis, maupun sosial; yang datang dari pengalaman dan interaksi kita dengan orang lain. Kecenderungan seseorang untuk berperilaku sesuai dengan konsep dirinya disebut self fulfilling prophecy. Konsep diri memiki dua kualitas atau valensi, yaitu konsep diri positif dan konsep diri negatif.

. Konsep diri yang positif, ditandai dengan lima hal, yaitu:

a. Yakin akan kemampuan mengatasi masalah;

b. Merasa stara dengan orang lain;

c. Menerima pujian tanpa rasa malu;

d. Menyadari, bahwa setiap orang mempunyai berbagai perasaan, keinginan dan perilaku yang tidak seluruhnya disetujui oleh masyarakat;

e. Mampu memperbaiki dirinya karena ia sanggup mengungkapkan aspek-aspek kepribadian yang tidak disenanginya dan berusaha mengubah.

Sedangkan ciri orang yang memiliki konsep diri negatif ialah

a. peka terhadap kritik, responsif sekali terhadap pujian,

b. mempunyai sikap hiperkritis,

c. cenderung merasa tidak disenagi orang lain,

d. merasa tidak diperhatikan, dan

e. bersikap pesimis terhadap kompetisi

Pembentukan Konsep Diri

Konsep diri tidak dibawa sejak lahir tetapi secara bertahap sedikit demi sedikit timbul sejalan dengan berkembangnya kemampuan persepsi individu. Konsep diri manusia terbentuk melalui proses belajar sejak masa pertumbuhan seseorang dari kecil hingga dewasa. Bayi yang baru lahir tidak memiliki konsep diri karena mereka tidak dapat membedakan antara dirinya dengan lingkungannya. Menurut Allport (dalam Skripsi Darmayekti, 2006:21) bayi yang baru lahir tidak mengetahuui tentang dirinya.

Selain itu Pembentukan dan perkembangan konsep diri dipengaruhi oleh orang- orang di sekitar diri seseorang. Pengaruh yang paling besar datang dari orang-orang terdekat (significant others), misalnya orang tua, saudara kandung, dan orang lain yang mempunyai ikatan emosional (affective others). Kemudian faktor yang mempengaruhi. konsep diri meluas ke pihak-pihak berikutnya, antara lain: teman, kelompok, organisasi, dan seterusnya.

Konsep-diri memiliki tiga dimensi, yaitu:

1. Pengetahuan tentang diri adalah informasi yang dimiliki tentang diri sendiri. Misalkan jenis kelamin, penampilan, dan sebagainya.

2. Pengharapan bagi diri,a dalah gagasan anda tentang kemungkinan menjadi apa kelak.

3. Penilaian terhadap diri, adalah pengukuran diri tentang keadaan diri sendiri dibandingkan dengan apa yang menurut diri dapat dan seharusnya terjadi pada diri sendiri. Hasil pengukuran tersebut adalah rasa harga diri.


Senin, 08 Februari 2010

PSIKOLOGI KOMUNIKASI - SISTEM KOMUNIKASI MASSA

SISTEM KOMUNIKASI MASSA

1. PENGERTIAN KOMUNIKASI MASSA

Terdapat beberapa definisi mengenai komunikasi massa yang disampaikan oleh beberapa ahli diantaranya:

· Menurut Bittner (1980:10)

“Komunikasi massa adalah pesan yang dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah besar orang.”

· Menurut Garbner (1967)

“Komunikasi massa adalah produksi dan distribusi yang berlandaskan teknologi dan lembaga dari arus pesan yang kontinyu serta paing luas dimiliki orang dalam masyarakat industry.”

· Ruben (1992)

“Komunikasi massa adalah proses di mana informasi diciptakan dan disebarkan oleh organisasi untuk dikonsumsi oleh khalayak.”

Dari definisi-definisi diatas dapat diambil suatu rangkuman definisi bahwa komunikasi massa diartikan sebagai jenis komunikasi yang ditujukan kepada sejumlah khalayak yang tersebar, heterogen, dan anonim melalui media cetak atau media elektronik sehingga pesan yang sama dapat disampaikan secara serempak dan sesaat. Atau dengan kata lain, komunikasi massa adalah proses penyampaian pesan yang berlangsung dimana pesannya dikirim dari sumber yang melembaga kepada klayak yang sifatnya missal melalui alat-alat yang bersifat mekanis.

Karena perbedaan teknis, maka sistem komunikasi massa juga mempunyai karakteristik psikologi yang khas dibandingkan dengan sistem komunikasi interpersonal. Hal ini tampak pada :

a. Pengendalian arus informasi

Mengendalikan arus informasi berarti mengatur jalannya pembicaraan yang disampaikan dan yang diterima. Pada komunikasi massa, seorang komunikator mengendalikan arus informasi sehingga menunjang persuasi yang efektif. Komunikator sulit untu menyesuaikan pesannya dengan reaksi komunikan.

b. Umpan balik

Umpan balik adalah pesan yang dikirim kembali dari penerima ke sumber, memberitahu sumber tentang reaksi penerima, dan memberikan landasan pada sumber untuk memberikan reaksi selanjutnya. Dalam komunikasi massa umpan balik (feedback) m

c. Stimulasi alat indra

Dalam komunikasi massa, stimuli alat indra bergantung pada media massa yang digunakan.

d. Proporsi unsur isi dengan hubungan

Dalam komunikasi massa lebih menekankan isi pesan dibandingkan dengan hubungan yang terjadi pada saat proses berkomunikasi berlangsung. Dengan kata lain dalam komunikasi massa lebih menekankan apa yang menjadi isi pesan dibandingkan dengan bagaimana penyampaian pesan tersebut berlangsung.

2. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI REAKSI KHALAYAK PADA KOMUNIKASI MASSA

A. Teori DeFleur dan Ball-Rokeach tentang Pertemuan dengan Media

Menurut DeFleur dan Ball-Rokeach faktor-faktor yang mempengaruhi reaksi orang terhadap media massa meliputi:

1) Organisasi personal-psikologis individu seperti potensi biologis, sikap, nilai, kepercayaan, serta bidang pengalaman yang berbeda pada setiap individunya. Perbedaan ini dapat menyebabkan pengaruh media massa yang berbeda pula.

2) Kelompok-kelompok social dimana individu menjadi anggota yang mempunyai reaksi pada stimuli tertentu cenderung sama. Setiap anggota dalam suatu kelompok cenderung memilih kisi komunikasi yang sama dan akan member respon kepadanya dengan cara yang hamper sama pula.

3) Hubungan-hubungan interpersonal pada proses penerimaan, pengelolaan, dan penyampaian informasi.

B. Pendekatan Motivasional dan Uses and Gratification

Menurut pendekatan ini, perbedaan motif dalam konsumsi media massa menyebabkan kita bereaksi pada media massa secara berbeda pula. Secara garis besar terdapat dua motif yaitu :

1) Motif Kognitif dan Gratifikasi Media

Pada kelompok kognitif yang berorientasi pada pemeliharaan keseimbangan, McGuire menyebut empat teori yaitu :

a. Teori konsistensi; menekankan kebutuhan individu untuk memelihara orientasi eksternal pada lingkungan. Komunikasi massa mempunyai kecendrungan menyampaikan informasi yang menggoncangkan. Tetapi, pada saat yang sama, karena individu mempunyai kebebasan untuk memilih isi media, media massa memberikan banyak peluang untuk memenuhi kebutuhan akan konsistensi.

b. Teori atribusi; memandang individu sebagai psikolog amatir yang mencoba memahami sebab-sebab yang terjadi pada berbagai peristiwa yang dihadapinya. Respon yang kita berikan pada suatu peristiwa akan bergantung pada nterpretasi kita terhadap peristiwa tersebut.

c. Teori kategorisasi; menjelaskan upaya manusia untuk memberikan makna tentang dunia berdasarkan kategori internal dalam diri kita. Isi komunikasi massa, yang disusun berdasarkan alur-alur cerita yang tertentu, dengan mudah diasimilasikan pada kategori yang ada.

d. Teori objektifikasi; menerangkan upaya manusia untuk memberikan makna tentang dunia berdasarkan hal-hal eksternal. Menyatakan bahwa kita mengambil kesimpulan tentang diri kita dari perilaku yang tampak.

2) Motif Afektif dan Grafitikasi Media

Teori yang berkaitan dengan motif ini antara lain :

a. Teori reduksi tegangan; memandang manusia sebagai sistem tegangan yang memperoleh kepuasan pada pengurangan tegangan. Menurut kerangka teori ini, komunikasi massa menyalurkan kecendrungan deskruktif manusia dengan menyajikan peristiwa-peristiwa atau adegan-adegan kekerasan.

b. Teori ekspresif; menyatakan bahwa orang memperoleh kepuasan dalam mengungkapkan eksistensi dirinya, menampakkan perasaan dan keyakinan dirinya. Komunikasi massa mempermudah orang untuk berfantasi, melalui identifikasi dengan tokoh-tokoh yang disajikan sehingga orang secara tidak langsung mengungkapkan perasaannya.


c. Teori ego-defensif; beranggapan bahwa dalam hidup ini kita mengembangkan citra diri yang tertentu dan kita berusaha untuk mempertahankan citra diri ini serta berusaha hidup sesuai dengan diri dan dunia kita. Dari media massa kita memperoleh informasi untuk membangun konsep diri kita serta pandangan tentang dunia dan juga hubungan sosial. Komunikasi massa membantu memperkokoh konsep diri. Komunikasi massa memberikan bantuan dalam melakukan teknik-teknik pertahanan ego.


d. Teori peneguhan; memandang manusia sebagai makhluk yang selalu mengemabngkan seluruh potensi dirinya untuk memperoleh penghargaan dari dirinya dan dari orang lain. Komunikasi massa merupakan intitusi pendidikan yang menyediakan informasi dan keterampilan yang membantu orang umtuk menaklukkan dunia dan juga memberikan kesempatan kepada khalayak untuk mengidentifikasi dirinya dengan tokoh-tokoh yang berkuasa.

3. EFEK KOMUNIKASI MASSA

A. Efek Kehadiran Media Massa

Menurut Steven H. Chaffee menyebut lima hal yang menjadi efek kehadiran media massa yaitu :

(1) Efek ekonomis, kehadiran media massa menggerakkan berbagai usaha seperti usaha pensuplai kertas koran, percetakan dan lain sebagainya.

(2) Efek sosial, berkenaan dengan perubahan pada struktur atau interaksi sosial akibat kehadiran media massa.

(3) Efek pada penjadwalan kegiatan

(4) Efek pada penyaluran/penghilangan perasaan tertentu

(5) Efek pada perasaan orang terhadap media

B. Efek Kognitif Komunikasi Massa

(1) Pembentukan dan perubahan citra, komunikasi massa memberikan informasi, perincian, analisis, dan tinjauan mendalam tentang berbagai peristiwa sehingga dapat membentuk citra sesuatu bahkan mengubah citra tersebut. Perubahan citra seringkali disusul oleh perubahan perilaku.

(2) Agenda setting, kemampuan media massa untuk mempengaruhi apa yang dianggap penting oleh masyarakat. Pada teori agenda setting memiliki asumsi bahwa media massa menyaring berita, artikel dan tulisan yang akan disiarkannya.

(3) Efek prososial kognitif, media memberikan informasi kepada khalayak dan khalayak merasa informasi yang diterima bermanfaat sesuai dengan kehendak khalayak itu sendiri.

C. Efek Afektif Komunikasi Massa

(1) Pembentukkan dan perubahan sikap, informasi yang disampaikan melalui media massa dapat membentuk sikap seseorang terhadap sesuatu yang diinformasikan, contohnya membentuk sikap pro KPK dalam kasus KPK dan POLRI setelah diberitakan di televisi. Sebagian besar masyarakat membentuk sikap antipati kepada POLRI karena dianggap ingin menjatuhkan KPK. Selain itu, informasi tersebut juga dapat mengubah sikap seseorang yang mungkin asalnya biasa-biasa saja kepada POLRI berubah menjadi antipati.

(2) Rangsangan emosional, rangsangan yang terdapat dalam sebuah informasi (seperti film, novel, sandiwara) yang disampaikan melalui media massa yang digunakan untuk menyentuh emosi kita. Rangsangan emosional memiliki lima faktor yaitu:

· Suasana emosional, suatu film akan dirasa sangat mengahrukan ketika kita telah mengalami hal yang menyedihkan sebelumnya.

· Skema kognitif, yaitu semacam “naskah” pada pikiran kita yang menjelaskan “alur” peristiwa, dapat dikatakan pula konsep awal suatu peristiwa yang sebelumnya pernah kita alami atau bayangkan. Misalnya pada skema kognitif kita bahwa orang baik akan selalu menang membuat kita tidak terlalu cemas ketika menonton film dan tokoh tersebut sedang terdesak karena merasa bahwa kebaikan akan selalu menang.

· Suasana terpaan (setting of exposure), merupakan suasana lingkungan saat kita menonton sebuah film. Selain itu juga dapat berupa respon dari orang lain pada saat menonton juga akan mempengaruhi.

· Predisposisi individual, mengacu pada karakteristik pribadi seseorang. Ketika seseorang mempunyai karakter yang melankolis maka cenderung akan menanggapi suatu film secara lebih dramatis. Satu acara akan ditanggapi berbeda oleh orang yang berbeda, karena setiap karakteristik orang berbeda-beda.

· Tingkat identifikasi, menunjukkan sejauh mana orang merasa terlibat dengan tokoh yang ditampilkan dalam media massa.

(3) Rangsangan seksual, disebabkan oleh adegan-adegan merangsang dalam media massa. Objek yang netral dapat menjadi stimuli erotis (stimuli yang membangkitkan gairah seksual) hanya karena proses pelaziman, imajinasi, dan pengalaman yang bermacam-macam.

D. Efek Behavioral Komunikasi Massa

(1) Efek prososial behavioral, memiliki keterampilan yang bermanfaat bagi dirinya sendiri maupun orang lain yang didapat dari media massa karena media massa juga dapat dijadikan sebagai alat pendidikan.

(2) Agresi, film kekerasan mengajari agresi, mengurangi kendali moral penontonnya, dan menumpulkan perasaan mereka. Karena manusia akan lebih tertarik untuk mengikuti sesuatu yang ditampilkan dan menarik bagi mereka.

Selain efek-efek diatas, Kappler (1960) mengatakan bahwa komunikasi masa juga memiliki efek sebagai berikut:

1. conversi, yaitu menyebabkan perubahan yang diinginkan dan perubahan yang tidak diinginkan.

2. memperlancar atau malah mencegah perubahan

3. memperkuat keadaan (nilai, norma, dan ideologi) yang ada