Selasa, 09 Februari 2010

ANALISIS SISTEM KOMUNIKASI DI PEDESAAN SUKU SUNDA, JAWA BARAT


Menurut Sutardjo Kartodikusuma desa adalah suatu kesatuan hukum dimana bertempat tinggal suatu masyarakat pemerintahan tersendiri. Sedangkan menurut Bintaro, desa merupakan perwujudan atau kesatuan goegrafi ,sosial, ekonomi, politik dan kultur yang terdapat ditempat itu (suatu daerah), dalam hubungan dan pengaruhnya secara timbal balik dengan daerah lain. Di desa system kekrabatannya masih sangatlah kental, maksudnya bahwa setiap orang memeiliki rasa saling peduli yang relatif lebih tinggi dibandingkan masyarakat perkotaan. Begitu pula yang terjadi di daerah pedesaan suku Sunda di Jawa Barat yang terkenal dengan prinsip hidup “makan tidak makan yang penting kumpul”. Prinsip tersebut seoalah-olah menggambarkan bahwa masyarakat Sunda sangat menyayangi satu sama lain sehingga tidak rela bila terpisah jauh. System adat istiadat serta kebiasaan tradisional masih sering dilakukan oleh masyarakat pedesaan suku sunda di daerah Jawa Barat. Kebiasaan tradisional ini pun sangat berpengaruh pada sistem komunikasi yang terdapat dalam masyarakat pedesaan suku sunda.

Seperti yang kita ketahui bahwa sistem komunikasi pedesaan dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu oleh opinion leader, pengaruh seni tradisional dan komunikasi antarpersonal, faktor-faktor tersebut pun berpengaruh pada sistem komunikasi pedesaan suku sunda. Di pedesaan wilayah jawa Barat pengaruh pendapat seorang pemimpin atau orang yang dituakan atau orang yang dianggap penting dan dihormati warga sangatlah besar. Dapat kita ambil contoh di desa Kadudampit, Kabupaten Sukabumi. Di desa tersebut, pendapat seorang pemimpin seperti kepala desa maupun camat adalah sesuatu yang dianggap benar dan bermanfaat sehingga sebagian besar masyarakat mematuhi apa yang dikatakan oleh pemimpin tersebut. Sehingga proses penyampaian informasi pada sistem komunikasi di desa tersebut tergantung pada seorang pemimpin. Selain itu, seni tradisional suku sunda pun mempengaruhi pada sistem komunikasi masyarakatnya. Seni tradisional yang lebih ke lemah gemulai mempengaruhi sistem komunikasi masyarakatnya ,emjadi lembut ketika berbicara. Meskipun marah terkadang tidak terlihat seperti orang yang sedang marah, lebih terlihat seperti orang yang kesal jika dibandingkan dengan masyarakat suku lainnya. Sistem komunikasi di pedesaan lebih cenderung memiliki pola komunikasi antarpersonal. Hal ini dikarenakan sistem kekerabatan dalam masyarakat sunda masih sangat kental. Setiap orang yang tinggal di desa akan selalu memperat silaturahmi karena rasa persaudaraan mereka masih tinggi tidak hanya berdasarkan kebutuhan atau kepentingan pribadi semata. Selain itu, hanya beberapa desa saja yang telah mendapatkan informasi dari media massa. Di Jawa Barat masih ada desa-desa yang belum terjangkau oleh media massa seperti Koran, televisi apalagi internet sehingga dalam system komunikasi mereka menggunakan pola komunikasi antarpersonal dan lebih kepada penyampaian komunikasi oleh para pemimpin mereka saja. Kita dapat melihat contoh seperti ini di Kampung Naga yang berada di Kabupaten Tasikmalaya. Di kampung tersebut masyarakatnya tidak diperbolehkan untuk memiliki televisi, bahkan listrik pun tidak ada. Hal ini menjadi keputusan para pemimpin desa dengan alasan agar kebudayaan sunda tetap terjaga dan tidak tercemar seperti di daerah-daerah lainnya. Dengan contoh sistem komunikasi di kampung naga tersebut kita dapat melihat bahwa pengaruh pendapat pemimpin dan juga seni tradisional begitu besar pada sistem komunikai masyarakatnya.

Dengan adanya faktor-faktor yang memepngaruhi seperti telah dijelaskan diatas, maka sistem komunikasi pedesaan cenderung sebagai menganut komunikasi antarpersonal, menggunakan media-media yang terbatas, mengandalkan peran pemerintah daerah. Media-media yang biasa digunakan dalam sistem komunikasi pedesaan yaitu media tradisional seperti wayang, tarian dan lain sebagainya. Meskipun begitu, ada beberapa desa yang memang sudah dapat memperoleh informasi melalui media massa seperti Koran maupun televisi hanya saja jumlahnya terbatas. Kita dapat ambil contoh televisi. Pada beberapa desa yang hanya memiliki satu televisi di satu desa yang biasanya di simpan di kelurahan. Selain itu, peran pemerintah daerah pun sangatlah besar dalam proses penyampaian informasi terutama di desa terpencil, karena sebagian besar yang diberikan ataupun meninggalkan desa tersebut untuk mendapatkan informasi yang lebih banyak adalah orang-orang yang berkedudukan di pemerintahan. Seperti halnya informasi pembangunan sekolah di desa dan wajib belajar sembilan tahun yang pertama mengetahuinya pastilah pemerintaha daerah yang kemudian harus disampaikan pada masyarakat di desanya. Oleh karena itu, peran pemerintah daerah sangatlah besar.

Sesuai dengan perkembangan teknologi terutama di bidang komunikasi, sistem komunikasi di pedesaan pun mengalami beberapa perubahan. Tidak semua desa di Jawa Barat masih menggunakan sistem komunikasi seperti yang telah dijelaskan sebelumnya. Karena saat ini, telah banyak desa telah terjangkau oleh media massa dan juga teknologi komunikasi lainnya seperti handphone. Dengan beragamnya teknologi informasi yang ada maka sistem komunikasi di pedesaan pun berubah dan lebih mendekati sistem komunikasi di perkotaan. Perubahan system komunikasi yang dianut oleh masyarakat pedesaan pun berpengaruh akan perilaku masyarakatnya sendiri karena berbagai informasi yang diterima pun lebih beragam dan lebih tidak terseleksi. Masyarakat desa yang pada awalnya seringkali bersikap bersahaja, peduli akan orang lain, hidup sedehana dapat berubah menjadi orang yang egois, tidak tahu sopan santun dan kasar setelah mendapatkan informasi yang tidak sesuai dengan lingkungannya. Hal ini pun terjadi di beberapa desa di Jawa Barat. Tidak sedikit masyarakat desa yang telah medapatkan informasi tanpa batas dari berbagai media merubah gaya hidup mereka yang sebenarnya tidak sesuai dengan lingkungannya. Kita dapat mengambil contoh cara berpakaian remaja desa yang menggunakan baju yang kurang sopan karena ingin mengikuti model atau gaya berpakaian masyarakat perkotaan. Menggunakan pakaian yang terbuka padahal lingkungan tempatnya tinggal memiliki udara yang sangat dingin.

Dari pemaparan sistem komunikasi pedesaan suku sunda di Jawa Barat diatas kita dapat mengambil kesimpulan bahwa system komunikasi di pedesaan pun dapat berubah sesuai dengan berjalannya waktu dan perkembangan teknologi serta perkembangan pembangunan desa itu sendiri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar